Minggu, 11 Januari 2009

Islam Sebagai Pedoman Bagi Pelajar

“Itu ‘kan seni!” Begitu komentar seorang temanmu yang ngadain acara nge-band bareng plus pertunjukan cheer and dance. Mumpung kita masih muda and joss. Masalah dosa itu belakangan. Puas-puasinlah dalam hidup.

Sedikit berbeda dengan temanmu tadi. Ada juga temanmu yang mengaku muslim, bahkan cenderung rajin melakukan ibadah ritual. Namun dia tetap berpartisipasi dalam acara nge-ban, yang penuh dengan jingkrak-jingkrak ala jahiliyah. Bahkan tidak segan ngeluarin biaya ato tenaga untuk ngebantu.

Lain lagi orang ketiga. Dia tidak senang, bahkan malu untuk melihat perkara-perkara yang diharamkan. Ia pun enggan melakukan perkara yang dilarang oleh Allah. Ia tidak mau melakukan perkara yang bertentangan dengan hukum Allah. Jangankan “jingkrak-jingkrak”, tersingkap aurat sedikit saja tidak mau. Alasannya, dia yakin Allah Mahamelihat, kelak seluruh perbuatannya akan dihisab. Kini di dunia ia merasa sebagai hamba Allah yang ditugasi untuk mentaati seluruh hukum-hukumnya, bila ia menyalahi aturanNya ia yakin akan celaka. Sebaliknya, ia yakin bila ia mentaati hukum dan aturanNya, ia akan merasa tenang. Untuk itu, ia berupaya untuk terus sekuat tenaga berpegang teguh kepada hukum dan aturan islam yang diwahyukan oleh Allah Rabbul alamin. Apapun resikonya.

Ketiga kejadiaan di atas menunjukkan bagaimana cara pandang seseorang yang berbeda mensikapi perkara yang sama.

Orang pertama tadi bersikap demikian karena yang menjadi cara pandang ia dalam bersikap dan berbuat adalah akal dan perasaannya. Dengan kata lain, yang penting ia suka dan ia mau. Akhirnya, ia pun merasa bebas hidup di dunia dalam menentukan apa saja yang akan dilakukannya.

Sedangjan pada orang kedua, ia meyakini bahwa dunia, alam semesta, dan kehidupan ini ada yang menciptakan. Pencipta itu ada! Allah itu ada. Ia pun yakin akan adanya akhirat. Hanya saja ia beranggapan Sang Pencipta itu, tidak berhak mengatur urusan dunia. Menurut keyakinanya, haruslah diatur sendirin oleh manusia. Hukum (baik/buruk) ditentukan oleh akal dan logika manusia. Allah dalam keyakinanya , tidak menurunkan aturan apapun untuk mengatur seluruh bidang kehidupan manusia. Dia hanya menurunkan aturan dan tatacara ibadah ritual yang mengatur hubungan manusia denganNya (individu). Dengan kata lain, sikap dan tindakannya tersebut dipimpin oleh keyakinan bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan masyarakat dan Negara. Tegasnya, sikap tersebut dipimpin oleh pemikiran sekulerisme, yakni paham yang memisahkan agama dari kehidupan masyarakat dan Negara. Agama hanyalah mengurusi masalah ritual dan etika semata. Kesimpulannya orang kedua menjadikan sekulerisme sebagai pedoman ato cara pandang.

Berbeda dengan orang yang ketiga, ia telah menjadikan islam sebagai pedoman dan cara pandang dalam setiap pemikiran yang akan digunakan sebagai solusi, yang nantinya akan diperjuangkan untuk diterapkan dalam setiap perbuatannya. Dengan demikian ia akan menggali seluruh pemikiran baik tentang persoalan pribadi, keluarga, sekolah, masyarakat, dan Negara. Menyangkut sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Kesemuanya itu akan ia gali dari al-Quran dan as-sunnah sebagai nash wahyu Pencipta. Tegasnya orang ketiga ini menjadikan islam (al-Quran dan as-sunnah) sebagai pedoman dalam menentukan sikap, tolak ukur (baik/buruk) dan pandangannya.

Dengan ilustrasi demikian. Sebagai pribadi muslim sudah selayaknya, setiap diri kita untuk menjadikan islam sebagai pedoman dan cara pandang, tolak ukur (baik/buruk) dalam menentukan sikap dan perbuatan. Karena dengan begitu kita akan selamat dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Oleh : Intifada Fikri M
Kelas : X-1
No.Absen : 22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar